Dani Kunti Oktaviantari

23 September 2012

Cinta Ibu memang sepanjang masa. Tak peduli apa pun yang menghadang, Ibu akan selalu ada buat anaknya. Seperti itu juga Ibuku. Ibu yang bener-benar sangat kucintai. Ibu yang saat ini, detik ini, sangat kurindukan.  Ah, sepertinya baru beberapa minggu yang lalu aku baru saja berdamai dengan hatiku. Berdamai untuk tidak merengek ingin pulang karna rasa rindu yang membuncah itu. Berdamai untuk bisa menahan rindu itu demi tujuan utamaku. Berusaha menenangkan hati untuk terus melangkah meski rasa rindu itu kian menggebu. Ah, baru kemarin saja aku bisa mengendalikan rasa rinduku. Berdamai dengan rasa itu, tertumpuk aktivitas yang lumayan mengalihkanku.

Tapi semenjak kedatangan ibu menjengukku, rasanya aku selalu kangen dengan ibu. Beberapa hari yang lalu, karna kecerobohanku sendiri, aku masuk Rumah Sakit karna muntaber. Hmm, aku menyesal sekali waktu itu. Telah membuatmu ibu khawatir dan tergopoh-gopoh datang ke bogor. Padahal waktu itu, kaki ibu sedang sakit. Dan demi aku yang sangat sangat ceroboh ini, ibu rela datang jauh2 ke Bogor. Rasanya aku telah berdosa besar. Pertama, telah membuat ibu dan bapak khawatir dan datang tergopoh2 ke Bogor. Kedua, aku telah menambah beban ibu untuk membiayai biaya rumah sakitku. Dan ketiga parahnya, sempat-sempatnya aku ngambek ke Ibu dan mendiamkan beliau beberapa waktu. Tapi sungguh ibu, waktu itu benar-benar aku sedang lepas kendali, dan merasa sangat menyesal sekali bu. Rasanya, aku rela kalau ibu harus memukulku keras2, asal aku tidakk membuat ibu terluka.

Aku janji bu, aku akan slalu membuat senyum di hari tua mu nanti. Aku janji akan menjadi anak yang bisa engkau banggakan. Aku janji akan mempersembahkan sesuatu yang bisa membuatmu sangat bahagia. Aku janji ibu, sebisa mungkin aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku janji bu. Janji. Ini janjiku Ibu untuk membalas semua budimu. Untuk peluh yang kau kucurkan setiap hari. Untuk luka yang tersayat setiap hari di dadamu. Untuk airmata yang telah kau tumpahkan untukku. Untuk semua yang begitu berharga untukku Ibu. Aku sangat menyayangimu Ibu. Peluk dan cium kangen dariku Ibu. Anakkmu

Posted on 23 September 2012, 15.15 by Dani Kunti Oktaviantari

1 comment

4 September 2012

Kugamit cintamu menyusuri pedihnya waktu
Kupeluk hatimu menepis kesendirian pilu
Kudekap hadirmu tepiskan dinginnya dunia...
Bersama, menyongsong kemilau mentari
                Ah, hidup ini begitu sederhana
                Sesederhana “senyummu” ketika aku bahagia
                Sesederhana “murammu” ketika aku duka
                Ah cinta ini juga begitu sederhana
                Slalu memberi meski tak diberi
                Slalu mengerti meski seringkali tak dimengerti
 ............................................................................................

Posted on 4 September 2012, 16.44 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

2 September 2012


Mengenalmu begitu indah untukku. Meski perkenalannya hanya sebuah ketidaksengajaan. Meski semuanya berjalan begitu cepat, sangat cepat. Berjalan seolah kita sudah saling mengerti isi hati, meski tak pernah ada kata yang terucap. Berjalan seolah kita sudah saling mengenal puluhan tahun, meski baru seminggu bertemu. Berjalan seolah kita sedang bersama, meski ratusan kilometer kita terpisah....
            Sejak awal, aku memang merasa sudah mengenalmu. Mengenal hatimu dan pribadimu. Sejak awal juga aku merasa kagum denganmu. Meski tak pernah ada kata yang terucap, waktu itu. Pribadimu yang memesona, memaksaku untuk terus mengagumimu. Sampai akhirnya, kita saling mengerti isi hati. Meski ratusan kilometer kita terpisah. Meski tidak setiap hari aku bisa melihat senyummu. Meski aku hanya bisa merasakan tawamu, tanpa melihatmu. Tetap saja, hadirmu begitu dekat di sisiku. Semakin lama semakin indah hadirmu untukku. Semakin indah dirimu di mataku.... semakin indah saja dirimu untukku
            Aku tak pernah tau, sampai kapan kau mampu bertahan bersikap seperti ini. Masih selalu di sisiku, meski rattusan kilometer kita terpisah. Masih selalu mengirim pesan singkat , meski hanya pertanyaan lugu. Masih selalu memperhatikanku, meski kadang berlebihan. Ah, betapa indah kisah ini. Andai semua ini bisa abadi. Andai kau bisa bersamaku slalu.Setiap waktu, setiap detik, setiap hembusan nafasku. Setiap tarikan napasku, yang kurasa ada hadirmu.
            Ah, bukankah jodoh urusan Yang Maha Tahu........

Posted on 2 September 2012, 18.09 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

28 Juni 2012


Hari ini,tepat jam 01.30, mataku masih melek dan tak ada rasa ngantuk sedikitpun. Berbeda dengan  hari lalu yang aku hobi banget tidur sampai 3 hari berturut2 kesiangan. Owh, sangat memalukan. Seorang cewek bangun jam setengah 7 pagi. Hoho, mau ditaruh mana mukaku jika hidup dengan mertua. Hehe, itu masih lama, gak usah dipikirin. Kemabali ke saat ini, detik ini ketika mataku masih jereng dan tak ada rasa ngantuk yang iseng menghinggapi. Hm, alasan melek kali ini bukan karna begadang ngerjain tugas yg sangat amat penting, ato nulis karya tulis yang harus ngejar ddline, ato nonton film yang super duper bagus. Hmm,,,alasan melek saat ini adalah alasan yang menurutku gak banget, geje banget, dan ababil. Tarrrrrra.....mau tau alasan kenapa aku blm tdur sampai sekarang?tumben2 seorang dani bisa sukses begadang sampe malam tanpa terkantuk-kantuk. Dan alasannya hanya karna sesuatu yang gak jelas, gak banget, dan hmmm terlalu kekanakan. Yup kali ini aku sukses begadang gak bisa tidur hanya karna galau. Hoho,sesuatu yang sangat gak banget, yang sedemikian rupa aku hindari ternyata sekarang harus menyerangku. Hm,,,dan galau kali ini sungguh gak jelas.
Bermula dari bikin video, sukses. Ngasih video, sukses. Dikoment video,,biasa aja. Gak ada komen berlebihan yang sangat aku harapkan. Hm,,,gak boong si, aku sangat menginginkan koment yang berlebihan. Video itu udah aku bikin se melankolis mungkin (haha, geje banget yak aku). Biasa lah, karakter melankolis yang mengendalikanku. Hingga aku sangat hobi bikin sesuatu yang serba melankolis,haha. Bukan buat semua orang tentunya, hanya untuk orang2 tertentu saja. hm, menanggapi komen yang biasa aja, tadinya aku udah mulai kesal, tapi mengingat lagi keadaannya yang tengan ujian akhir semester yang mungkin masih sibuk dengan belajar, ku urungkan niatanku yang penuh ego sendiri.
Tapi gara2 sikapnya seperti ini telah suses mengantarkanku ke kenangan beberapa ratus hari yang lalu, ketika ada seseorang yang menangis setelah menerima kado dari ku. Dia adalah orang pertama yang saking terharunya mungkin sampai menangis ketika menerima kado dariku. Betapa bahagianya saat itu, mengetahui kalo ada orang yang rela meneteskan air matanya hanya karna menerima hadiah kecil dariku. Itu merupakan ungkapan terima kasih yang luar biasa yang bisa menentramkan hatiku.
Hm,,gara2 inget inilah rasa galau mulai bermunculan. Hoho,,aku jadi semakin galau ketika aku mulai mengingat ingat sesuatu tentangnya. Haha, gak banget deh pokoknya itu. Gara2 itu, aku jadi sukses gagal ngerjain KTI yang harus kuselesaikan buwat ngejar ddline. Hm, mavkan aku ya, buat yang aku kasih kado beberapa jam yang lalu. Maafkan aku jika aku sempat membanding2kanmu dengan dia. Maaf banget ya. J

Posted on 28 Juni 2012, 01.53 by Dani Kunti Oktaviantari

1 comment

24 Mei 2012

Aku rindu menatap wajahmu, aku rindu belaianmu, aku begitu merindumu. Rindu itu membuncah di dadaku. Aku merindumu Ibu. Ah,,,sepertinya baru kemarin aku tidur ditemani ibu. Baru kemarin ibu menyuapiku setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Ya, aku sangat bandel kalo disuruh sarapan, dan Ibu dengan sabarnya menyuapiku hanya demi anaknya yang bandel ini. Ah,,,begitu besar kasih sayangmu yang entah kapan aku bisa membalasnya. Begitu luas hatimu menampung segala keluh kesahmu.
    Aku masih ingat, saat itu air matamu berusaha engkau sembunyikan saat membicaran kuliahku. Oh Ibu, aku tau bagaimana perasaanmu saat itu. Aku tau betapa tulus dan luasnya samudra hatimu untukku. Begitu teduh matamu.
    Ibu,,,,,,,,aku begitu rindu…………………

Posted on 24 Mei 2012, 11.05 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

25 April 2012

  Aku mulai bertanya-tanya dengan diriku sendiri siapa aku sebenarnya? Apa kelebihanku?apa kehebatanku?apa prestasiku?apa keunggulanku??pertanyaan itu bertubi menghantam pikiranku. Rasa resah, putus asa, dan menyalahkan diri sendiri berkecamuk menghardikku. Rasa sesal, kecewa, putus asa, amarah, dendam semua kurasakan saat ini. Yang bisa kulakukan hanya menangis di lantai dan memandang foto keluargaku. Aku mulai membenci orang-orang yang meremehkanku. Dendam, amarah, bercampur di hatiku. Ya Allah, apa aku salah jika membenci mereka? Ya Allah, tunjukkan jalan terbaik untuk membalas perbuatan mereka.
    Aku pun juga mulai bertanya-tanya apakah benar ini jalan terindah yang Allah berikan untukku? Apa benar ini jalan itu ya Allah. Jika memang benar, berilah hamba kekuatan untuk terus  berjalan menyusuri jalan panjang ini. Tulikan telinga hamba dari omongan remeh mereka ya Allah. Jauhkan hamba dari dendam dan amarah ini ya Allah. Bari hamba semangat membara untuk membuktikan kekuatan hamba pada mereka ya Allah.
    Masih sambil memandangi foto keluargaku, motivator hebatku. Maafkan aku ibu, bapak. Anak yang kalian banggakan selama ini ternyata sangat rapuh. Mudah goyah, ambruk karna remehan orang. Semangat tak membara. Mana semangat yang dulu pernah kau kobarkan Dani? Mana semangat berapi-api untuk terus maju? Apa kau hanya sampai di sini? Menjadi kerdil karna cacian dan remehan orang? Ambruk bahkan mati karna dipandang sebelah mata orang? Hidup masih panjang Dan. Yang perlu kau lakukan saat ini adalah bangkit dan terus bersemangat untuk menunjukan prestasimu pada mereka. Suatu saat kau pasti akan bisa tersenyum bangga. Bangga bukan untuk menyombongkan diri. Semangat sampai mati Dan. Tetap tegar walau diterpa badai dan dihujam rajam sekali pun.  Tetap semangat membara selalu. Ya Allah, semoga hamba bisa berprestasi di jalanmu. Semoga bisa meredam semua amarah dan dendam itu. Bismillahirrahmanirrahim.

Posted on 25 April 2012, 19.24 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

24 Maret 2012


Teruntuk : ayah paling hebat yang sangat kurindukan
            Ayahku adalah ayah terhebat sedunia. Tak berlebihan jika sekiranya aku menyebut beliau seperti itu. Beliau adalah ayah paling hebat di hidupku. Motivatorku. Guruku. Dan pahlawanku. Ayahku adalah seorang guru SD. Beliau berasal dari keluarga yang memang kurang berada. Jadi sekiranya sudah dari kecil beliau hidup prihatin, bahkan saat awal beliau membina rumah tangga dengan ibuku tercinta. Waktu itu, usia mereka masih sangat muda menurutku. Ayah menikah di usia 23 tahun dengan ibu yang berusia 20 tahun. Waktu itu ayah baru saja diangkat menjadi pegawai negeri dan ibuku baru saja lulus SPG (setara SMA). Di awal pernikahan, meraka harus hidup seadanya. Waktu itu gaji ayah sangat pas-pasan untuk menghidupi mereka berdua. Tapi ayah adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Di sela-sela pekerjaannya, ayah berbisnis kambing. Ayah memelihara kambing untuk menghidupi ibu yang saat itu hamil kakak pertamaku. Mereka ( ayah hebat dan ibu tersayang) tinggal di rumah dinas sekolah tempat ayah mengajar. Rumah itu hanyalah gubug kecil yang jika hujan angin datang, genteng-genteng  rumahnya pun berjatuhan. Bayangkan, waktu itu ibu hanya bersama dua kakakku yang masih sangat kecil ketika ayahku belum pulang bekerja. Selain berjualan kambing, ayah juga berjualan baju untuk mencari tambahan dana. Hm, ayahku benar-benar hebat.
            Waktu pun berlalu, masa-masa tinggal di gubug itu sudah berlalu. Sejak aku lahir, kami sekeluarga pindah rumah. Yah, meskipun hanya rumah sederhana, namun cukup kuat untuk menghadapi hujan deras dan badai. Sejak pindah ke rumah baru, ayah mulai bertani. Meski ayah adalah seorang guru, namun jiwa bertaninya sangatlah kuat. Setiap hari, pagi-pagi buta setelah memberi makan ayam peliharaanya, ayah pergi ke kebun dekat rumah. Di sana beliau menyalurkan hobi bertaninya. Tidak ada kata mengeluh dari beliau. Setiap pagi, setiap hari, seperti itulah rutinitas beliau. Dari mulai aku belum sekolah sampai sekarang aku mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, seperti itulah rutinitas ayahku yang hebat. Bukan hanya kebun, beliau juga mengolah sawah. Bayangkan betapa lelahnya beliau setiap hari harus mengolah kebun, sawah, ayam, dan mengajar. Semua itu dilakukan semata-mata untuk menghidupi keluarganya, mengidupiku, kakak-kakakku, dan adikku.
            Ayah bukanlah orang humoris. Ayah adalah orang yang sangat tegas kepada anak-anaknya. Ayah adalah sosok yang sangat loyal dan berjiwa sosial yang tinggi. Tapi yang jelas aku sangat menyayangi ayahku. Aku selalu memandangi ayahku dengan bangga setiap kali ayah pulang dari sawah dan bercucuran peluh. Peluh itu pun menjadi motivator besarku untuk terus berusaha menjadi yang terbaik untuk ayah. Dari peluh itu lah, ayah menghidupiku. Dari peluh itulah, aku mendapat ilmu. Dari peluh itulah, aku merasakan kasih sayang ayah yang tak terukur besarnya, untukku dan saudara-saudaraku.
            Ayah, saat ini anakmu sedang sangat merindukanmu. Rindu dengan tawa khasmu. Rindu memandangimu setiap engkau pulang dari sawah. Rindu membuatkan secangkir kopi yang kadang kurang gula untukmu. Rindu akan hangat senyummu. Ayah, di manapun dan kapanpun, anakmu ini akan slalu menyayangimu. Akan slalu merindukanmu. Ayah, ijinkan anakmu ini untuk bisa membuatmu bangga. Ayah, tetap tersenyum slalu untukku. Tetap menjadi pahlawanku, motivatorku. Tetap menjadi ayah terhebat untuk ku. Ayah, aku sangat merindukanmu. Anakmu.

Posted on 24 Maret 2012, 17.09 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

12 Maret 2012

Masih semangat, meski harus melewati badai sekalipun :).

Posted on 12 Maret 2012, 18.04 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

Lomba menulis antologi FTS Motivasi: “Jangan Menyerah! Bertahan! Bangkit! Menang!”-oleh Kampung WR

Menulis buku motivasi rame-rame yuk!
Keren loh... selain dibukukan, penulis akan mendapatkan banyak keuntungan.
Gambaran tema lomba:Lomba menulis ini adalah wadah bagi penulis, untuk berbagi motivasi melalui tulisan yang berdasarkan kisah nyata. Kisah yang terkait dengan ikhtiar menjadi pemenang kehidupan. Dengan harapan, orang yang membaca tulisan tersebut, akan terinspirasi dan menemukani hikmah di balik kisah yang menggugah."Cobaan berupa kesedihan dan keterpurukan, menjadi penghalang untuk mewujudkan impian. Jika menyerah saat ujian itu datang, maka kita akan menuai kegagalan. Tapi jika bertahan, lalu bangkit, Insya Allah akan meraih kemenangan. Maka, jangan pernah menyerah! Bertahanlah! Lalu bangkit. Insya Allah kita akan jadi pemenang kehidupan." Ini salah satu pesan yang terkandung dalam buku antologi kita nanti.

Syarat dan Ketentuan Lomba:Lomba terbuka untuk umum.
1. Sesuai dengan jenis tulisan ( FTS), maka isi naskah tulisan adalah cerita yang diangkat dari kisah nyata pribadi atau orang lain.
2. Naskah ditulis dalam bentuk narasi (gaya bercerita yang mengalir).
3. Naskah ditulis dalam file MW 2003/2007, jenis kertas A4, spasi 2, batas margin 3 cm (1,18 inci)  untuk setiap sisi. 4. 4.Jumlah kata dalam naskah minimal 350 - maksimal 500, termasuk judul.
5. Naskah adalah karya sendiri (bukan saduran) dan belum pernah dipublikasikan lewat media mana pun.
6. Setiap peserta, melampirkan biodata berupa narasi maksimal 60 kata, lengkap dengan nama/akun fb, alamat lengkap. Yang ditulis di lembar bawah naskah (terpisah).
7. Naskah FTS dikirim ke email: wrmotivasi@ymail.com berupa attachman, bukan di badan email. Tulis judul email: FTS MOTIVASI-Nama fb Penulis.
8. Tulis nama file word: Judul FTS-Nama Penulis. Setiap peserta hanya bisa mengirimkan satu naskah FTS Motivasi terbaiknya.
9. Lomba ini dibuka pada tanggal 12 Februari 2012 s.d 21 Maret 2012 (Jam 22:00 WIB) Naskah yang dikirim menjadi hak pelaksana lomba untuk dibukukan.
10. Keputusan Dwan Juri mengikat. Tag info lomba ini ke minimal 10 orang sahabat fb.
11. Pengumuman lomba tanggal 28 Maret 2012.

Unsur-Unsur Penting yang dinilai dalam naskah:
1. Kesesuaian isi tulisan dengan tema lomba.
2. Kaidah penulisan (EYD).
3. Kekuatan pesan motivasi yang disajikan, serta keunikan kisah yang diceritakan.

Apresiasi lomba:Naskah FTS dari 100 orang nominator, akan dibukukan.Hadiah uang tunai untuk pemenang:

Juara I              = Rp. 100.000
Juara II             = Rp.    75.000
Juara III            = Rp.    50.000

Hadiah berupa beasiswa masuk Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) Writing Revolution (WR) untuk 5 orang pemenang favorit.100 orang nominator, akan mendapatkan e-Sertifikat Ketentuan mengikat:Sebagai upaya, untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan Insya Allah akan "membumi". Peserta lomba, yang berhasil lolos sebagai NOMINATOR antologi FTS Motivasi, diwajibkan untuk membayar dana “investasi” Rp.80.000 ke penyelenggara lomba.

Info tentang proses pengiriman/transfer dana ke rekening bank,  akan dibahas setelah diketahui nama-nama nominator lomba. Berikut fasilitas untuk 100 orang nominator lomba, di antaranya:Nominator lomba akan mendapatkan 4 buku sebagai bukti terbit, dan dikirim bebas ongkir ke alamat masing-masing! 100 orang nominator lomba, secara langsung melakukan amal kebaikan (sedekah). Karena 5 % dari dana investasi yang terkumpul, akan disumbangkan ke anak Panti Asuhan.

Penulis (50 orang kontributor) dapat keuntungan lansung; dari penjualan 3 buku yang diterima (puluhan ribu rupiah) plus tabungan awal dalam KAS ROYALTI Para Penulis. Selain itu, ada Royalti juga dari Penerbit, yang 100 % akan dibagikan untuk  Penulis. Dan banyak lagi keuntungan/kemudahan lainnya.

Penjelasan rencana pemasukan dan pengeluaran dana pelaksanaan lomba plus dana pendistribusian buku, akan disampaiakan secara transparan kepada nominator lomba. Setelah hasil lomba diumumkan. Kitalah yang memulai, untuk mengapresiasi hasil pemikiran dan kerja keras kita sendiri.Mari ber-Ibadah dan memetik kemudahan dengan mengumpulkan RP.80.000, Insya Allah, karya dijamin “membumi” dan modal awal segera kembali!! Semua proses lomba ditangani secara Profesional. Insya Allah antologi kita juga bermutu, karena lahir dari sebuah kompetisi.

Demikian Info lomba ini kami sampaikan. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua penulis yang berkenan ikut berpartisipasi.

Wassalam.
Kantor Rumah Motivasi Kelurahan WR, 11 Februari 2012
Penangung Jawab Lomba FTS Motivasi: Shitie Fatimah Maniez dan Va Ayana Lubis

Ketua Penyelenggara Lomba Menulis Kelurahan WR-Rumah MenulisLurah-Erpin Leader Mengetahui:Kepala Kampung Central WR: Hylla Shane Gerhana

Direktur SMO WR: Joni Lis Effendi 

Sponsor Lomba: SMCO WR: http://menulisdahsyat.blogspot.com/2011/03/sekolah-menulis-cerpen-online-smco.html

Posted on , 16.06 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

8 Maret 2012

             Aku bertemu denganmu tak sengaja waktu itu. Di tempat tak terduga, di waktu yang tak kukira.  Bagiku kau biasa, tak ada istimewa, waktu itu. Lagi-lagi tak sengaja. Tak sengaja aku mencarimu. Mencarimu di antara teman-teman baru yang mungkin teman lamamu. Bagiku, pertemuan ini biasa, sama saja. Waktu pun berlalu. Kali ini, aku sengaja, bukan tak sengaja lagi. Sengaja aku kirim pesan ke nomormu, meminta maaf atas tingkahku. Tapi balasanmu, aku tak tau, ini kau sengaja atau tak kau sengaja. Kau membalasku dengan kalimat yang mebuatku tersipu. Tapi sekali lagi, itu biasa. Biasa aku rasakan. Hampir beberapa kali aku merasakan kau biasa saja, sama di mataku.
            Lagi-lagi ini sengaja, sengaja aku balas setiap pesan singkatmu. Pelan-pelan ku rasakan tak biasamu. Sesuatu yang tak biasa, sesuatu yang membuatmu tiba-tiba menjadi indah.  Aku yang tadinya menganggapmu biasa, sekarang menganggapmu tak sekedar indah lagi.  Kau menjadi sesuatu yang menurutku indah. Aku tau, ini tak biasamu. Keindahanmu. Sesuatu tak biasa yang membuamu semakin indah.
            Waktu berlalu. Semakin indah saja kau di hatiku.  Sejak saat itulah aku selalu menganggapmu indah. Indah bagiku. Bagi hatiku. Sampai sekarang pun aku masih menganggupmu indah. Selalu indah. Semakin indah. ...  

Posted on 8 Maret 2012, 12.59 by Dani Kunti Oktaviantari

1 comment

                Hari ini setelah seharian melewati aktivitasku, ku rebahkan badan di kasur tempat tidur kamar kos an ukuran 3x2 yang tidak begitu besar namun bagiku sudah cukup menjadi tempat peristirahatan. Bagiku, kamar kecil ini tempat ternyaman kedua setelah kamarku di rumah. Hm, rasanya hari ini aku pengin nulis. Kegemaran lama, yang baru bergejolak lagi akhir-akhir ini. Ya, aku emang mengaku hobi menulis, tapi kuakui  aku tidak produktif. Dan saat ini sepertinya semangatku mulai bergejolak lagi untuk menulis dan menulis. Bagiku menulis adalah dunia yang sangat mengasyikkan. Kita bisa bercerita  sepuasnya tanpa harus mendengar komentar pedas yang kadang dilontarkan orang tanpa pikir panjang saat kita menggebu-gebu bercerita.
            Aku punya sahabat, namanya Dewi Utari Wulandari, biasa disapa Ute. Kami berteman sejak tingkat pertama. Saat itu kami satu lorong di asrama. Kebetulan dia memang aktif menulis sejak di SMA.  Dia mantan Ketua KIR di SMA nya loh,,,(wah,,,,,). Saat itu kami sama-sama masuk di UKM keilmiahan yang bernama FORCES. Hm, sebelum sampai di Bogor ini, aku emang pengin masuk masuk di UKM ini. Rasanya, ketertarikan itu ada sejak pertama kali aku membaca nama FORCES yang tertera di surat kelulusanku masuk di IPB. Aku yang dulu waktu SMP pernah mengikuti lombba KIR, merasa terpanggil untuk masuk di UKM ini. Biarlah ceritaku sedikit berlebihan (hehe...). Dengan bermodal pengalaman waktu SMP itu, aku berniat mendaftar di UKM Forces ini. Ternyata banyak tahap seleksi yangg harus ku ikuti. Singkat cerita, aku berhasil masuk di UKM ini bersama sahabatku ini. Aku yang memang belum punya basic yang kuat tentang karya tuliis ( maklum, cuma bermodal  lomba waktu SMP, dan itupun belum bisa dapet juara), berusaha belajar sedikit demi sedikit untuk terus menulis dan menulis. Waktu itu akhirnya aku ikut PKM-GT dengan Ute dan Kak Helen. Kak Helen ini juga anggota FORCES yang lebih tua setahun dari kita. Tapi mukanya masi imut-imut loh,hehe. Kak Helen ini hebat loh, dia pernah lolos PIMNAS ( wah,kereennn). Waktu itu aku, ute, dan Kak Helen mulai membuat PKM-GT seminggu sebelum deadline. Waktu itu aku kita benar-benar mengejar waktu. Menulis dari pagi sampai sore, pokoknya seharian kita berkutat dengan laptop dan buku-buku. Dan waktu itu aku merasa menjadi orang paling gabut diantara kita bertiga. Mungkin karna aku belum berpengalaman kali ya,hehe. Akhirnya dengan perjuangan sampai berdarah-darah(wehehehe), jadilah PKM-GT tentang diiversifikasi pangan. Dengan berbangga akhirnya aku sendiri yang menyerahkan PKM-GT itu ke ditmawa.  Hm, sampai harus bolos kuliah sosum loh ( ups,,,ketahuan).
            Ute adalah orang yang slalu memacuku untuk terus menulis dan menulis. Hm,,sampai beberapa bulan yang lalu akhirnya aku dan Ute lolos AIC ( Airlangga Ideas Competition ). Akhirnya kita pun terbang ke Surabaya ( waa,,,,bukan terbang ding,tp naik kereta,hehe). Sampai disana, suasana yang begitu hangat menyambut kami. Sungguh panitia yang begitu ramah dan baik. Semua itu susah untuk aku lupakan sampai sekarang. Karna, momen ulang tahun ke 19 ku juga berlangsung disana. Teman baru yang begitu hangat.:). Dan mulai sekarang, aku begitu tertantang untuk menulis dan menulis. Karna bagiku, tidak ada sesuatu yang terlambat. Apa salahnya kalo aku baru mulai sekarang. Itu lebih baik daripada tidak sama sekali bukan?? Semangat!!!

Posted on , 12.05 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

Tepat 12 jam setelah itu.....
Hari ini aku membuat keputusan yang besar.Hmmmm....dalam beberapa detik aku sudah mengubah impian-impian kecilku. Impian-impian sederhana yang mungkin bisa membuat tawa di hidupku. tapi, aku juga harus memikirkan sesuatu yang panjang jangkanya. meski ini sulit, semoga ini yang terbaik. Terbaik untuk ku dan semua yang berkepentingan di sini tentunya. meski aku masih takut akan keputusanku ini, aku tetap berusaha bahwa keputusanku saat ini yang terbaik untuk diriku saat ini. Entah apa yang merasuki ku semalam hingga aku bisa membuat keputusan dalam beberapa menit ini. Sesuatu yang sangat aku inginkan, dan sekarang aku lepas begitu saja.Tapi tidak, bukan dilepaskan, cuma aku  membuat dia jauh dariku, dan berkeinginan suatu saat dia kembali lagi. Meski masih berat hingga detik ini. Sesuatuku, semoga ini memang jalan terbaik untuk ku dan untukmu. Jalan terbaik untuk meniti sesuatu yang terbaik kelak. jalan terbaik yang mungkin bisa mempertemukan kita nanti. Jalan terbaik yang bisa membuat kita semakin dewasa. Dan semoga jalan inilah jawaban atas keraguan kita selama ini. Kita berpisah bukan berarti tidak bertemu lagi. Kita berpisah, untuk mempersiapkan pertemuan yang lebih indah suatu saat nanti. Suatu saat yang pasti akan datang waktunya. Semoga saat itu kita lah yang dipertemukan. dan semoga kau memang yang terbaik untuk dipertemukan denganku suatu saat nanti.  Sampai jumpa di saat indah itu datang sesuatuku. Semoga Allah senantiasa menjagamu.

Posted on , 11.43 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

4 Maret 2012

Mendung menyelimuti kota Bogor sore ini. Ku langkahkan kaki menyusuri jalanan pasar menuju stasiun Bogor. Gerimis pun perlahan turun membasahi bumi yang dari kemarin memang sudah basah karena hampir setiap hari diguyur hujan. Bogor memang benar-benar kota hujan. Akhirnya sampai juga di loket, ku beli 1 tiket krl AC-Ekonomi. Lima menit kemudian krl pun berangkat. Sepertinya hari ini aku cukup beruntung karna krl langsung berangkat dan aku tak perlu menunggu lama. Meski hari ini sebenarnya aku malas pulang ke Jakarta, tapi karna sudah suntuk dengan tugas kuliah yang tidak ada habisnya, sepertinya aku butuh refreshing sejenak. Dan kuputuskan ke Jakarta sekalian menjenguk tante yang sendirian di rumahnya.
            Di kereta aku bersebelahan dengan nenek renta yang usianya sekitar 65 tahun-an mungkin. Ku lemparkan senyum dan menanyakan stasiun tujuan nenek tersebut. Bukan hanya menjawab pertanyaanku saja, nenek menanyakan namaku dan  juga bercerita tentang dirinya. Mbah Soimah namanya, asalnya  dari Jawa dan sekarang tinggal di Bekasi. Mbah Soimah baru pulang kerja dari Jakarta sebagai tukang cuci. Mbah Soimah setiap hari harus pulang-pergi Jakarta-Bekasi. Sebenarnya, tadinya Mbah Soimah ingin naik kereta ekonomi karena sehari-hari Beliau memang naik kereta ekonomi. Tapi karna kereta ekonomi terakhir dibatalkan, akhirnya Mbah Soimah terpaksa naik kereta AC-Ekonomi.
Di usianya yang renta Mbah Soimah menanggung hidup ketiga cucunya yang seorang  masih duduk di kelas 1 SD dan 2 anak masih balita umur 3 tahun. Ketiga cucunya ditinggal mati kedua orangtua mereka 2 tahun yang lalu karena sakit yang diderita. Sejak saat itu Mbah Soimah lah yang merawat mereka. Penghasilan Mbah Soimah yang hanya sebagai tukang cuci sebesar Rp 10.000,00 per haari. Itu pun harus dipotong ongkos jalan dari Bekasi ke Jakarta pulang-pergi.
“ Mbah itu bingung nak, gara-gara krl ekonomi dibatalkan, terpakasa Mbah naik ini. Padahal harga krl ini Rp 5.500,00. Belum ongkos minibus dari stasiun ke rumah. Kayaknya hari ini cucu Mbah makan bubur ajar soalnya uangnya gak cukup buat beli beras 1 liter”, kata Mbah Soimah.
Hatiku menangis mendengar itu semua. Ya Allah, betapa berat beban nenek ini di saat usianya sudah renta. Harus menanggung hidup ketiga cucunya. Ku pandangi wajah Mbah yang penuh dengan guratan perjuangan. Beberapa kali Mbah terlihat kedinginan karna tidak terbiasa dengan udara AC. Ku usap air mata yang jatuh sesaat setelah memandangi nenek renta ini. Ku intip isi dompetku. Hanya ada uang Rp 12.000,00. Ya Allah, andai saya punya uang lebih banyak, pasti akan langsung saya kasih ke nenek ini untuk meringankan beban hidupnya. Ku pandangi sekali lagi, semakin aku merasa menyesal karna kemarin-kemarin tidak menyisakan uang lebih banyak lagi. Akhirnya ku putuskan untuk memberikan uang Rp 10.000,00 nanti sesaat sebelum turun. Rp 2000,00 ku sisakan untuk naik metromini dari stasiun menuju rumah.
Lamunanku dikagetkan oleh suara Mbah yang kembali menceritakan cucunya.
“ Cucu Mbah itu udah banyak yang mau mengadopsi Nak, tapi cucu Mbah yang gak mau. Mereka pengin ikut Mbah aja katanya. Mereka itu penurut banget dan gak rewel. Kadang di pagi hari sebelum berangkat kerja Mbah hanya masak nasi sama tempe goreng. Tapi jika ditanya tetangga, cucu Mbah slalu bilang makan sama daging. Hanya cucu Mbah yang memberikan semangat Mbah untuk terus bekerja, memeperjuangkan hidup mereka”, cerita Mbah sambil berkaca-kaca.
Aku trenyuh mendengar itu semua. Di saat banyak oknum yang korupsi uang rakyat ternyata masih ada rakyat yang masih susah membeli beras dan berjuang keras untuk mempertahankan hidup di kala usianya renta. Aku pun bertanya kenapa Mbah Soimah gak bekerja di tempat yang dekat saja sehingga tidak menghabiskan uang transport. Tapi kata Mbah, tidak ada yang mau menggaji harian seperti majikannya yang sekarang ini.
Ternyata banyak ibu-ibu di kereta yang menyimak perbincanganku dengan Mbah Soimah. Sepertinya mereka ikut trenyuh sepertiku saat Mbah Ssoimah bercerita. Mungkin hanya orang-orang yang gak punya hati yang sama sekali tidak trenyuh saat mendengar cerita Mbah Soimah. Akhirnya ibu-ibu itu menyantuni Mbah Soimah dengan beberpa lembar uang kertas. Alhamduliah, aku berteriak lega di dalam hati. Meskipun aku tidak bawa cukup uang setidaknya Mbah Soimah dapat uang dari beberapa ibu-ibu di sini.
Kupandangi lagi wajah Mbah Soimah. Terlihat jelas gurat-gurat perjuangan di wajahnya. Ku renungi kehidupanku selama ini. Kadang aku membelanjakan uang saku seenaknya dengan membelikan barang-barang yang kurag bermanfaat. Atau jika ada tugas sedikit menumpuk saja, aku sudah mangeluh. Tapi lihat ini di depanku, seorang nenek yang telah renta, ototnya tak sekuat dulu, harus menghidupi ketiga cucunya dengan menjadi tukang cuci yang harus bolak balik Bekasi-Jakarta setiap hari. Beban tugasku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan beban hidupnya.
Kereta melaju menembus gerimis di sore itu. Stasiun tujuanku semakin dekat. Ku ambil uang di dompetku dan kuletakkan di tangan Mbah Soimah.
“Ini Mbah uang seadanya buat beli beras, semoga bermanfaat ya Mbah”, kataku sambil tersenyum.
“Iya, makasih ya Neng, ini rejeki cucu Mbah pasti”, kata Mbah sambil berkaca-kaca.
Kereta pun berhenti di stasiun tujuanku. Ku langkahkan kaki yang terasa sangat ringan keluar. Kulihat tangan Mbah Soimah masih melambai dan tersenyum kepadaku. Hm, begitu lega rasanya bisa membantu Mbah Soimah meskipun hanya dengan uang yang jumlahnya tak seberapa. Begitu indah rasanya berbagi. Begitu dahsyat menentramkan hati. Ku lihat tante ku melambaikan tangan ke arahku. Wah, ternyata aku dijemput dan tidak perlu naik metromini. Hm, ini pasti balasan dari Allah, jalanku pulang ke rumah dimudahkan. Balasan karna kita telah peduli dan mau berbagi dengan sesama. Terima kasih ya Allah. Kulambaikan tangan dan ku hampiri tante yang sepertinya sudah menunggu dari tadi.

Posted on 4 Maret 2012, 15.58 by Dani Kunti Oktaviantari

2 comments

Namaku Dini, mahasiswi rantau dari keluarga sederhana. Dengan berbekal impian dan semangat untuk  membahagiakan kedua orangtuaku yang telah renta, aku bertekad untuk kuliah di rantau, jauh dari tanah kelahiranku. Aku sangat tau, pengorbanan kedua orang tuaku yang mengantarkan aku ke kota ini untuk menuntut ilmu, merangkai secercah harapan. Orang tuaku yang bekerja sebagai guru di desa kecil tanah kelahiranku rela menggadaikan sebagian besar gaji mereka untuk membiayai kuliah dan kehidupanku di sini. Uang bulanan sekadar pas untuk maka. Meskipun begitu aku selalu yakin bahwa Allah Maha Kaya dan Maha Baik, mana mungkin membiarkan hamba-Nya kelaparan.
Di tahun pertama kuliah, aku dan teman-teman seangkatanku wajib tinggal di asrama. Bagi sebagian mereka, mungkin asrama adalah tempat bagai penjara,  harus berbagi kamar, kamar mandi, dan semuanya. Ada jam malam dan aturan-aturan yang sangat membatasi ruang gerak mereka. Tapi bagiku, asrama adalah guru kehidupan. Di tempat inilah aku belajar arti kehidupan yang sesungguhnya. Arti berbagi dan peduli terhadap sesama. Mengajarkanku bahwa hidup harus memberi dan menerima.
Di sini aku punya seorang teman, namanya Hima. Dia adalah gadis cerdas. Dengan bantuan beasiswa dia bisa kuliah dan hidup di sini. Dia punya cerita masa lalu yang sangat menakjubkan. Dua tahun yang lalu, dia dinyatakan sembuh total dari kanker otak stadium 3 tanpa operasi apa pun. Kanker ini sempat menggerogoti syaraf penglihatannya sehingga satu matanya tidak berfungsi. Ini mukjizat menurutku. Hima adalah gadis luar biasa. Dia sangat cerdas, tanpa belajar tiap malam pun nilainya sudah bagus. Pengetahuan agamanya pun cukup luas. Dia lulusan dari pesantren terkenal di Jawa Timur. Mengenalnya semakin membuatku mendekatkankan diri kepada-Nya.
Suatu hari Hima mengaku kepalanya sering sakit. Hal itu membuatku merasa takut. Akhirnya kusarankan dia untuk periksa ke rumah sakit. Dan ternyata menurut dokter, kanker yang kira-kira hampir dua tahun lalu yang telah menngerogotinya ternyata tumbuh lagi. Layaknya tunas baru, dia kembali tumbuh di kepala Hima. Beberapa hari setelah itu, ketika baru pulang kuliah, kudapati Hima sedang digotong teman-teman untuk dibawa ke rumah sakit. Hm, kasihan sekali. Di sepanjang perjalanan dia terus mengerang kesakitan.
Sesampainya di rumah sakit, Hima langsung dibawa ke IGD. Beberapa saat kemudian dia dipindah ke ruang perawatan. Empat hari Hima dirawat di rumah sakit dan akhirnya diperbolehkan pulang. Setelah itu dia harus kontrol ke dokter setiap dua hari sekali. Sampai suatu hari dia terlihat begitu pucat dan lemas. Setelah kutanya ternyata dia belum makan. Setelah kudesak akhirnya dia mau bercerita. Ternyata uang beasiswanya belum keluar bulan ini. Dia sama sekali tidak memegang sepeser pun uang. Aku pun agak memarahinya karna dia tidak bilang dari kemarin sampai harus tidak makan seperti ini. Kupaksa dia menerima pinjaman uang dariku. Tapi dia hanya menerima 100 ribu padahal setahuku dia harus kontrol ke dokter besok pagi. Hima memang orang yang tidak mau merepotkan orang lain. Dia menolak tawaran uang dariku dengan senyum khasnya. Duh Hima, di tengah sakit dan keterbatasanmu, kamu masih saja bisa tersenyum seperti itu. Hima memang tidak pernah mengeluh ke teman-teman, bahkan dia terkesan menutupi sakitnya. Dia slalu meyakinkan ke teman-teman bahwa dia baik-baik saja.
Kutanya lagi tentang keadaannya. Dia pun cerita kalau disarankan dokter untuk operasi.Lalu sambil berkaca-kaca dia bilang belum memberitahu orang tuanya tentang hal ini. Aku pun meyakinkannya untuk memberitahu orang tuanya agar ditemukan jalan yang terbaik. Oh Hima, semoga benar-benar ada jalan terbaik untukmu.
Ya Allah, lega rasanya bisa membantu Hima saat dia sedang dalam masa sulit seperti ini. Dia sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. Bukan hanya dia, tapi semua teman asramaku sudah kuanggap saudara sendiri. Rasanya  aku benar-benar ikhlas melakukannya. Karna aku tau, Engkau lah yang akan membalasnya. Betapa bahagianya aku bisa membantunya, walaupun dengan uang yang tidak begitu banyak jumlahnya. Bagiku, jika aku ingin orang lain peduli padaku, maka aku harus peduli dulu terhadap orang lain. Karna masih ada yang lebih kaya atas segalanya dan Maha Pengasih yang akan membalasnya suatu saat nanti.
Keesokan harinya, Hima kontrol ke dokter ditemani teman SMAnya. Kadang-kadang jika tiba jam makan ketika anak-anak asrama berduyun-duyun ke warung beli makan, dia tetap diam di kamar. Aku pun membelikan Hima makan karna mungkin hanya aku yang tau kondisi keuangan Hima. Awalnya dia menolak, namun setelah sedikit kupaksa akhirnya dia mau juga. Hari-hari berikutnya aku pun slalu membelikan dia makan. Karna sudah terbiasa, dia tidak menolak lagi. Senangnya hatiku bisa membantunya. Meskipun hanya dengan makanan sederhana yang murah setidaknya aku tidak melihat teman baikku kelaparan.
Waktu pun berlalu. Hari berganti hari. Ternyata ada teman Hima yang memberi tau bahwa daun sirsak bisa membunuh sel kanker. Lalu secara rutin Hima mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Baru beberapa hari minum kepalnya sudah terasa agak enakan katanya. Betapa bahagianya hatiku. Dan dia pun tidak jadi operasi karna berangsur-angsur sudah baikan.
Aku yakin bahwa jika kita peduli dan mau berbagi dengan orang lain maka Allah akan membalasnya.Meski entah itu kapan, tapi itu pasti. Dan inilah yang terjadi padaku. Saat tiba waktunya pembayaran spp ternyata uang di tabunganku kurang. Aku benar-benar bingung saat itu. Di tengah keterbatasanku saat ini, rasanya tidak mungkin kalau aku harus meminta kiriman ke orang tuaku. Aku tau betul kondisi keuangan orang tuaku saat itu. Aku pun yakin pasti ada jalan keluarnya meskipun aku belum tau itu apa. Dan ketika sehari sebelum waktu pembayaran ditutup, ada sahabat yang berbaik hati memberiku pinjaman uang untuk memenuhi biaya spp. Aku yakin ini balasan dari Allah jika kita mau berbagi dan peduli dengan orang lain. Karna begitu indah rasanya jika kita mau berbagi.

Posted on , 15.22 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments

Perkenalkan namaku Dani Kunti Oktaviantari. Aku adalah mahasiswi semester 4 Ilmu dan teknologi Pangan  Institut Pertanian Bogor.  :)

Posted on , 12.14 by Dani Kunti Oktaviantari

No comments