Teruntuk
: ayah paling hebat yang sangat kurindukan
Ayahku adalah ayah terhebat sedunia. Tak berlebihan jika
sekiranya aku menyebut beliau seperti itu. Beliau adalah ayah paling hebat di
hidupku. Motivatorku. Guruku. Dan pahlawanku. Ayahku adalah seorang guru SD. Beliau
berasal dari keluarga yang memang kurang berada. Jadi sekiranya sudah dari
kecil beliau hidup prihatin, bahkan saat awal beliau membina rumah tangga
dengan ibuku tercinta. Waktu itu, usia mereka masih sangat muda menurutku. Ayah
menikah di usia 23 tahun dengan ibu yang berusia 20 tahun. Waktu itu ayah baru
saja diangkat menjadi pegawai negeri dan ibuku baru saja lulus SPG (setara SMA).
Di awal pernikahan, meraka harus hidup seadanya. Waktu itu gaji ayah sangat
pas-pasan untuk menghidupi mereka berdua. Tapi ayah adalah orang yang sangat
bertanggung jawab. Di sela-sela pekerjaannya, ayah berbisnis kambing. Ayah memelihara
kambing untuk menghidupi ibu yang saat itu hamil kakak pertamaku. Mereka ( ayah
hebat dan ibu tersayang) tinggal di rumah dinas sekolah tempat ayah mengajar. Rumah
itu hanyalah gubug kecil yang jika hujan angin datang, genteng-genteng rumahnya pun berjatuhan. Bayangkan, waktu itu
ibu hanya bersama dua kakakku yang masih sangat kecil ketika ayahku belum
pulang bekerja. Selain berjualan kambing, ayah juga berjualan baju untuk
mencari tambahan dana. Hm, ayahku benar-benar hebat.
Waktu pun berlalu, masa-masa tinggal di gubug itu sudah
berlalu. Sejak aku lahir, kami sekeluarga pindah rumah. Yah, meskipun hanya
rumah sederhana, namun cukup kuat untuk menghadapi hujan deras dan badai. Sejak
pindah ke rumah baru, ayah mulai bertani. Meski ayah adalah seorang guru, namun
jiwa bertaninya sangatlah kuat. Setiap hari, pagi-pagi buta setelah memberi
makan ayam peliharaanya, ayah pergi ke kebun dekat rumah. Di sana beliau menyalurkan
hobi bertaninya. Tidak ada kata mengeluh dari beliau. Setiap pagi, setiap hari,
seperti itulah rutinitas beliau. Dari mulai aku belum sekolah sampai sekarang
aku mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, seperti itulah rutinitas ayahku
yang hebat. Bukan hanya kebun, beliau juga mengolah sawah. Bayangkan betapa
lelahnya beliau setiap hari harus mengolah kebun, sawah, ayam, dan mengajar. Semua
itu dilakukan semata-mata untuk menghidupi keluarganya, mengidupiku, kakak-kakakku,
dan adikku.
Ayah bukanlah orang humoris. Ayah adalah orang yang
sangat tegas kepada anak-anaknya. Ayah adalah sosok yang sangat loyal dan
berjiwa sosial yang tinggi. Tapi yang jelas aku sangat menyayangi ayahku. Aku selalu
memandangi ayahku dengan bangga setiap kali ayah pulang dari sawah dan
bercucuran peluh. Peluh itu pun menjadi motivator besarku untuk terus berusaha
menjadi yang terbaik untuk ayah. Dari peluh itu lah, ayah menghidupiku. Dari peluh
itulah, aku mendapat ilmu. Dari peluh itulah, aku merasakan kasih sayang ayah
yang tak terukur besarnya, untukku dan saudara-saudaraku.
Ayah, saat ini anakmu sedang sangat merindukanmu. Rindu dengan
tawa khasmu. Rindu memandangimu setiap engkau pulang dari sawah. Rindu membuatkan
secangkir kopi yang kadang kurang gula untukmu. Rindu akan hangat senyummu. Ayah,
di manapun dan kapanpun, anakmu ini akan slalu menyayangimu. Akan slalu
merindukanmu. Ayah, ijinkan anakmu ini untuk bisa membuatmu bangga. Ayah, tetap
tersenyum slalu untukku. Tetap menjadi pahlawanku, motivatorku. Tetap menjadi
ayah terhebat untuk ku. Ayah, aku sangat merindukanmu. Anakmu.
0 komentar:
Posting Komentar